SEOAM: SENIN, 24 Oktober 2011
Motto: “pilihlah Kehidupan supaya engkau dan sesama hidup” (Ulangan, 30:19)
Akhirnya saya tiba pada momen berahmat ini. Berahmat karena ini bukan usaha dan perjuangan saya semata. Imamat adalah karunia yang saya terima dari Tuhan. DIA yang memberikan karunia itu pula yang menyertai, membimbing, menuntun saya hingga saat ini.
Karenanya nada utama dalam perayaan ini adalah SYUKUR; mensyukuri imamat ini sebagai satu karunia Tuhan untuk melayani Tuhan dan sesama; mensyukuri beragam pelayanan yang sudah dipercayakan kepada saya; mensyukuri keberadaan mereka yang saya layani dan menyertai karya pelayananku; mensyukuri cinta Tuhan dan sesama terhadap diriku.
Perak imamat ini tidak mungkin saya capai seandainya saya tidak melalui tahun yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya hingga tahun ke-25 ini. Melalui tahun-tahun ini bukanlah perkara mudah. Butuh perjuangan dan kerja keras. Rupa-rupa tantangan saya hadapi. Saya berjuang mengatasi keterbatasan dan kelemahan manusiawiku. Saya harus tegar menghadapi situasi real dalam medan pelayananku. Saya harus berdamai dengan 1001 situasi sulit yang saya hadapi. Di dalam ‘pahit’ ada ‘indahnya’. Socrates bilang, ‘hidup yang tidak teruji, bukanlah hidup yang benar.’ Dan para pemmbina spiritual bertutut, ‘Suffering: The Unwanted Blessing !!’ Dan saya bilang, hidup itu indah pada waktunya ketika melintasi proses aneka kepahitan lantas merubahnya menjadi rahmat ilahi, menjadi hidup yang penuh dan melimpah ruah. Berat. Mencekam. Penuh tantangan dan cobaan.
Tapi, ini bukan satu hal yang tidak bisa diubah. Yang “berat” bisa ditransformasikan menjadi satu yang berdaya guna, memiliki hidup, member arti, mengandung bobot kehidupan. Itu hanya mungkin kalau disisipkan huruf “K” ke dalam kata berat itu hingga menjadi “berKat”. Dari “berat”menjadi “berkat”. Huruf ‘K’ yang mengubah berat menjadi berkat itu adalah KRISTUS. Memang, hanya Kristus yang mampu mentransformasikan segala yang berat menjadi berkat. Transformasi ini menjadi mungkin karena ada aliran cinta di dalamnya. Karena itu saya sudah dan sedang dan akan terus memilih DIA yang adalah JALAN, KEBENARAN DAN HIDUP, DIA adalah promissed land abadi, Sang Tanah Terjanji yang saya dan anda mencarinya entah ada di mana dan entah kapan tiba di sana, karena di sana ada kepenuhan SUSU dan MADU yang dijanjikan. Saya dan anda harus senantiasa pergi tiada hentini hic et nunc sampai keabadian!!!
Lalu, sudah berapa banyak “berat” yang saya ubah menjadi berkat sepanjang dua puluh lima tahun imamatku?
Biarlah Tuhan dan Anda sekalian yang menilai sendiri karena saya hanyalah perpanjangan tangan Tuhan dan saya ada untuk melayani Anda semua. Yang jelas, ada sukses, ada gagal. Sukses yang saya capai bukan untuk membanggakan diriku. Hanya bisa disyukuri !! Juga gagal yang saya alami menunjukkan bahwa saya juga punya keterbatasan. Juga hanya bisa disyukuri !!
Saya merayakan pesta perak imamat di tengah kemelut dan situasi sulit yang dialami masyarakat TTU. Situasi politik amburadul; saling berebut kuasa dan tunjuk kuasa. Sementara itu, masyarakat tengah melalui satu situasi yang sulit. Kemarau panjang mengakibatkan kelaparan di mana-mana. Sumber-sumber air mengering. Gagal panen. Untuk mengatasi lapar, orang harus keluar masuk hutan mencari ubi hutan. Bahkan ada yang harus makan biji asam dan isi batang pisang untuk membunuh lapar. Situasi ini diperparah lagi oleh karena lingkungan kita diobok-obok demi bongkahan batu mangan. Kalau dulu kebun dan padang yang kita miliki kita berdayakan untuk bercocok tanam dan beternak, sekarang kita lubangkan untuk cari mangan. Setelah mangan dijual, kita tetap punya lubang untuk mengubur masa depan kita.
Diwarnai situasi dan kondisi yang berat seperti inilah saya berpesta perak. Pesta mengindikasikan sukacita, gembira. Bergembira di tengah kesulitan yang dialami oleh sama saudaraku semua di sudut-sudut Rai Timor.
Saya lebih memaknai perayaan ini sebagai satu ungkapan syukur. Bersyukur untuk karya dan penyertaan Tuhan sepanjang 25 tahun imamatku. Bersyukur karena Tuhan masih memperkenankan saya menjalani hidup imamatku entah untuk berapa tahun lagi. Dan di balik ungkapan syukur ini, saya menyadari bahwa saya masih punya solidaritas untuk mengubah situasi “berat” yang tengah dialami sesama umat di Timor ini menjadi “berkat”. Dan saya tidak bisa sendirian. Kita bersama punya tanggung jawab untuk saling membagikan berkat. Kita mestinya sama-sama saling memberkati dalam prinsip NETWORKING, karena single fighter adalah pembunuh prifesional manusia berabad-abad. Apakah anda masih mau bunuh diri dan sesama dengan gaya single fighter ini?? Terserah, asal tidak dibungkus dalam selimut arogansi dan egisme.
Saya menyampaikan banyak terima kasih untuk maun Benyamin dan Akitu dari Dili, mantan anak-anak SPGK Colegio Maliana yang bekerja di Kupang dan Atambua, rekan-rekan dari Belu dan TTS serta TTU, beberapa teman dari luar Timor. Selama 25 tahun, ternyata anda bersama saya --- kita adalah KING, WARRIOR, MENTOR, and FRIEND, anda hebat, anda bisa.